Selamat Bersantai!

Blog ini merupakan hobi tentang apa, yang tersalurkan dengan tulisan dan katakata. Bersantai adalah kemewahan. Maka, tulisan dan adukan diksi yang sembarang ini mungkin bisa menjadi es teh manis segar untuk menemani waktu santai yang sejenak. Selamat menikmati!

Tahun 2018

2017 merupakan masa yang luar biasa. Banyak hal yang terjadi dan telah menjadi inspirasi di tahun-tahun mendatang. Segala hal yang lalu—yang tak ingin diingat—tak perlu dijadikan penyesalan yang terlalu dalam, melainkan penyemangat yang lantang. Sambut tahun 2018 dengan kebahagiaan!

Pos!

Cek pos yang ditampilkan di b e r s a n t a i s e j e n a k. . . untuk mendapatkan inspirasi-inspirasi yang cenderung inversi.

When We First Met – Review Film

Relationship are about intangible things. Mencari sepatu Adidas yang diinginkan sangatlah sulit. Apalagi jika yang diidamkan adalah model premium, sudah pasti banyak peminatnya. Pada akhirnya sepatu yang didapat akan berbeda sama sekali jika memang bukan ditakdirkannya. Begitu juga soal jodoh, film When We First Met mengisahkan tentang takdir akan jodoh yang kita dapatkan. Fate is …

Old Friends

How terribly strange to be 70 (“Old Friends”, Simon & Garfunkel) Perempuan, laki-laki, perempuan, laki-laki, perempuan, laki-laki, perempuan, laki-laki, perempuan, laki-laki sejak pagi duduk berhimpitan di bangku panjang ruang tunggu rumah sakit umum yang menerima akses. Mereka sudah saling kenal. Dokter biasanya baru datang pukul sembilan, mereka tahu. Seseorang bangkit menuju sudut ruangan; mungkin membaca …

Mencoba Kereta Bandara Soekarno-Hatta

Berpergian ke luar kota, terutama yang membutuhkan waktu tempuh yang singkat, lebih baik menggunakan moda pesawat terbang. Bandara Soekarno-Hatta masih menjadi tempat terfavorit orang-orang. Pilihan kota yang dituju & maskapai penerbangan lebih beragam ketimbang Halim Perdanakusuma. Apalagi, kini Soetta sudah memiliki kereta bandara yang membuat perjalanan menjadi lebih asyik. Gue baru kemarin mencobanya. Balik dari …

Tentang

ia adalah pengagum seni yang gugup.

Mulanya tak pernah berniat untuk berada di jurusan sastra. Sekalipun! Bahkan, sampai saat ini keluarga maupun teman-temannya masih ragu apakah pilihannya merupakan suatu kebenaran dan/atau justru ada intrik-intrik lain di dalam pikirannya.

Jalan hidupnya yang menyimpang tak membuatnya kecil hati dan merendah diri. Ia percaya bahwa bakat seni telah ada dalam dirinya dan di setiap manusia yang berakal—meski itu tak berarti semua orang bisa membuktikannya. Ia yang setiap harinya hanya berkutat dengan rapido dan kalkir (serta pacul dan sendok semen) berusaha untuk menikmati hidupnya yang sekarang: bersastra, elok, dan mengarang.