Memetakan Dunia Smartphone

Mengacu pada statistik penggunaan Operating System pada setiap PC dan laptop di seluruh dunia, Windows menguasai hampir setengah dari jumlah penggunaannya. OS besutan Apple hanya puas menjadi pengekor.
Kenapa juaranya bukan Apple seperti dalam statistik penggunaan smartphone?

Sebaliknya, kenapa bisa Microsoft berkuasa di dunia PC sedangkan penggunaan smartphone hanya menjadi serpihan debu belaka? Ini bukan sebuah tanda tanya besar sebenarnya…

image

Dunia komputer merupakan dunia yang sudah ada sejak perang dunia kedua. Mesin Turing sebutannya—tonton film The Imitation Game untuk jelasnya. Berkembang cukup lambat jika kita komparasikan dengan dunia smartphone yang muncul beberapa tahun sebelum iPhone dirilis (iya, iPhone bukan smartphone pertama yang diluncurkan di dunia, pun juga Android). Tidak heran jika fluktuasi dan perkembangan komputer tidak sekilat smartphone. Maka, sejak dulu hingga sekarang statistik  antara Microsoft dan Apple tidak pernah berubah jauh: buah apel kegigit selalu kalah telak dari si pembuat jendela.

Pertanyaannya: kenapa tidak berubah?

Tidak ada yang salah dengan produk buatan Apple. Perangkat keras, perangkat lunak, pengalaman pengguna, tampilan antarmuka, fungsionalitas: semua unsur tersebut berkelas. Hanya harganya aja yang keterlaluan.

image

Apple adalah perusahaan yang mengutamakan kepuasan dan pengalaman pengguna. Steve Jobs nggak mau tau, setiap produknya harus eksklusif dan mengakomodasi semua kebutuhan pengguna. Otomatis harga jualnya menyesuaikan produknya yang superior itu.

Di dunia yang serba praktis ini, tidak semua orang atau perusahaan butuh komputer yang serbabisa. Nggak perlu prosesor dan teknologi yang teranyar untuk mendampingi admin menyelesaikan kerjaannya. Engga semua orang butuh desain bagus pada PC-nya hingga membuat budget pembeliannya naik hingga dua-tiga kali lipat. Dan mayoritas orang yang menggunakan komputer hanya ingin menggunakan komputer. Jumlah mayoritas inilah pengguna Windows.

Bagaimana dengan dunia smartphone? Microsoft kok bisa cuma jadi juru kunci? Kenapa beda cerita?

Sebuah pertanyaan besar mengapa nasib windows phone layaknya anak tiri yang mengenaskan.

Pesaing memiliki persiapan pemasaran dan inovasi yang matang, serta penawaran yang menarik.

image

Bukan karena Android yang sudah besar dengan sendirinya, melainkan Google lah yang membuatnya besar. Marketing bukanlah masalah bagi Google sehingga dengan mudah orang-orang mengenal Android. Android adalah OS yang bersifat opensource. Semua orang berhak menggunakannya dan hampir setiap feedback ditanggapi dengan baik (terlihat pada update OS-nya). Dan yang paling penting: gratis! Sehingga setiap developer dan brand smartphone dunia dengan mudah menjual devicenya dan dapat menyesuaikan harga jualnya. Alhasil, Andorid dapat memimpin lebih dari setengah jumlah smartphone dunia.

Apple berbeda. Produknya selalu premium (tidak ada device yang berspek rendah) dan tidak memiliki kemudahan mengutak-atik OS seperti pada Android. Kendali dipegang penuh oleh Apple. Dan Steve Jobs adalah kunci dari pemasaran Apple. Orang akan dengan mudahnya membeli produk yang dikeluarkan perusahaan Cupertino itu hanya dengan disaleskan Steve Jobs.

Seperti semua produk komputer Apple, harganya selangit. Yang membedakan adalah kebutuhan akan smartphone dengan komputer. Tidak semua orang membawa serta komputernya setiap hari ke mana-mana, sedangkan smartphone sudah seperti KTP bagi mayoritas orang di dunia. Identitas diri menjadi alasan bagi konsumen Apple untuk membeli produk premium iPhone. Eksklusif dan prestis. Makanya konsumen Apple sangat segmented. Sang borjuis belaka.

Perbedaan Apple dengan Android adalah segmentasi pasar dan keduanya sukses besar! Apple punya komunitas (fanatisme tinggi), sedangkan google ramah terhadap semua kalangan. Dua pemain lainnya: Microsoft dan Blackberry seperti invisible.

Kita tahu Microsoft adalah salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia. Fakta itu mungkin cukup untuk membuatnya menjadi nomor satu dalam penggunaan sistem operasi komputer. Alasannya adalah sedikitnya pesaing. Butuh lebih dari satu dekade untuk membuat infrastruktur dan jalur distribusi dalam bidang ini. Microsoft menang dalam segalanya, rule of the game dipegangnya hingga saat ini.

Apple dan Andoid punya segmennya masing-masing. Apple berkembang di level atas yang lamat-lamat menarik kaum menengah untuk mencicipi keeksklusivannya. Android menampung semua level pengguna smartphone, yang artinya menampung lebih besar peluang menarik konsumen.

Selain keduanya adalah eres-eresnya. Microsoft yang agak telat mengembangkan OS-nya serasa anak bawang yang butuh banyak training untuk mengejar ketertinggalan. Windows Mobile mungkin cukup bagus di awal-awal pengembangan smartphone, namun kalah saing dengan kemudahan policy yang ditawarkan Andoid, bahkan lebih mudah lagi saat diasuh Google.

Sebenernya gue suka sama tampilan Windows Phone (WP). Simpel, elegan, dan ringan. Selain ga banyak pernak-pernik sehingga membuatnya kinerjanya ringan, WP terkesan berkelas karena background gelapnya.

image

Fakta di lapangan, WP sangat rendah daya saingnya dengan Android dan Apple. Kalah. Jauh. Ini tidak lain karena kurangnya pengetahuan dan informasi calon pengguna terhadap WP. Marketing kurang berjalan sehingga kelebihan-kelebihan WP tidak tersampaikan. Efeknya dua: kurangnya developer dalam membuat aplikasi untuk WP (sebut saja instagram) dan minimnya pengguna WP. Dan pada akhirnya imbasnya bisa tiga kali lipat karena sedikitnya jumlah aplikasi yang terdapat di WP membuat pengguna makin tidak nyaman untuk menggunakannya. Bisa jadi hal ini karena Microsoft masih merasa “besar” dan pada akhirnya hanya mengandalkan brand dirinya, padahal namanya dalam dunia smartphone justru sama sekali 0.

Gangguan Virtual

Oke, saya sudah sangat kesal dan terganggu dengan kejahiliyahan dunia maya. Search engine Google ternyata sudah gampang dibodohi. Kata kunci yang kita tulis di kolom pencarian ternyata bisa dibelokkan ke laman yang bahkan berguna pun tidak. Biar saya ceritakan.

Sudah dari zaman kapan tau kita dimudahkan dengan mesin pencari Google. Sudah lama banget, kan? Namun, entah sejak kapan orang-orang tolol bin serakah menyalahgunakan kemudahan pencarian sesuatu dengan Google. Saya salah satu korban kebodohan ini. Saat ingin mencari sesuatu kata tentang “ciri sastra klasik”, saya mendapatkan beberapa tautan yang sepertinya mengarah pada apa yang saya inginkan: informasi mengenai Ciri Sastra Klasik. Hasilnya? Saya sangat kecewa, sodara-sodara. Yang saya dapat hanya kenihilan dan ketengilan dari laman tersebut. Iklan doang sama tulisan,

Kata kunci yang anda gunakan masih kurang lengkap. Silakan mengganti kata ciri ciri sastra zaman klasik dengan kata kunci lain yang lebih spesifik dalam kotak pencarian. Terima kasih

Ngajak berantem banget, kan?

Ini beberapa laman yang menjadi sampah di jagad virtual.

Ngeblog bareng Elvin Miradi
Kafe Ilmu
Ngajari.com sedikit berani sedikit memberi

Saya perlu memberikan informasi tambahan [untuk mereka yang tidak setuju dengan suara saya di atas]. Mungkin saya tidak terlalu memahami cara berkritik yang baik dalam dunia virtual ini. Namun, saya di sini hanya ingin memberi saran kepada teman-teman agar selalu berbuat yang wajar dalam melakukan sesuatu. Saya bukannya ingin menjatuhkan seseorang atau siapapun. Hanya saja dalam melakukan sesuatu bukan aturan saja yang harus diikuti, tapi juga etika dan moral yang tertanam di dalam diri. Ketika kita memang ingin memposting sebuah lirik lagu, misalkan, yang HARUS ada di laman adalah lirik itu sendiri [bukannya malah info-info lain yang menunjukkan lirik itu dan malah membuat bingung].